Pernahkah Anda mengalami masa penantian harap-harap cemas.“Kapan sih investasi saya akan naik lagi?” Mau mencairkan investasi, masih rugi. Tidak dicairkan, kebutuhan sudah menghantui.
Sebuah tips klasik “Don’t put all your eggs in one basket” artinya: jangan menaruh semua uang ke dalam 1 instrumen investasi saja. Karena ketika investasi tersebut sedang turun, maka habislah seluruh aset tersebut. Namun lakukan Diversifikasi, yaitu memisahkan investasi Anda ke dalam berbagai instrumen yang berbeda.
Bermodalkan tips di atas, alkisah Ibu A memilah uangnya dengan membeli 1 rumah di Tangerang, 1 lahan tanah di Bekasi dan 1 ruko di Depok. Namun apa daya, ketika pasar properti turun, maka seluruh aset di atas sulit dijual. Padahal anaknya harus masuk kuliah dengan dana yang tidak sedikit. Akhirnya, dengan terpaksa ibu A menjual ruko nya dengan harga dibawah modal.
Kisah di atas sering terjadi karena diversifikasi dilakukan tanpa memperhatikan hubungan antar instrumen investasi yang dimiliki. Sedapat mungkin, usahakan ada beberapa jenis investasi yang sifatnya bertolak belakang, atau bahasa kerennya memiliki negative covariant. Investasi yang memiliki negative covariant, akan berbanding terbalik. Artinya, dalam satu kondisi tertentu, jenis investasi yang satu akan naik, sementara investasi lainnya akan turun.
Salah satu contoh untuk mempermudah pemahaman adalah investasi dalam bentuk saham dan US Dollar. Ketika kondisi ekonomi Indonesia dipandang kurang baik, para investor asing akan melepas sahamnya. Akibatnya, harga saham turun karena over supply di bursa. Sementara itu, banyaknya dollar yang ‘pulang kampung’ ke negara masing-‐masing, menyebabkan supply dollar menipis, akibatnya kurs dollar naik. Harga saham dan harga dollar seperti papan jungkat jungkit, yang satu naik, yang lainnya turun.
Eits, tunggu dulu. Jangan buru-‐buru merasa senang kalau Anda memegang dollar, ataupun sedih kalau Anda banyak memiliki saham. Ingat, sepanjang investasi tersebut tidak dicairkan, maka nilai yang naik/turun tadi baru merupakan ‘Potensi’ keuntungan atau ‘Potensi’ kerugian. Potensi hanyalah sebuah angka di atas kertas saja.
Sebagai investor yang cerdas, potensi yang mana yang sebaiknya direalisasikan: potensi keuntungan atau potensi kerugian? Tentu saja potensi keuntungan! Namun fakta yang sering terjadi justru sebaliknya: “Wah! Dollar naik nih, ayo beli, beli!” atau “Saham kok turun terus ya, cepat jual, jual!” Lho??
Prinsip yang benar adalah buy low, sell high. Bukan sebaliknya. Jadi, juallah instrumen yang sedang mengalami kenaikan, realisasikan keuntungan Anda. Gunakan uang hasil penjualannya untuk membeli instrumen yang sedang turun harganya. Bayangkan seperti SALE di mal, instrumen ini sedang diobral! Beli yang banyak, mumpung harga murah. Ketika roda ekonomi berputar dan kondisi berbalik, maka total aset Anda akan berkembang dengan pesat.
Selain faktor covariant antar instrumen, penting untuk mengetahui beberap faktor lainnya sebelum berinvestasi. Tujuan dan jangka waktu investasi, likuiditas, peraturan perpajakan, profil resiko Anda, dan masih banyak faktor lainnya harus menjadi dasar pemilihan investasi untuk hasil yang optimal dan resiko yang terukur. Jangan lupa untuk membungkus investasi Anda dengan asuransi jiwa dan kondisi kritis yang memadai. Tanpa asuransi, seluruh investasi terancam untuk dicairkan dalam kondisi darurat.
Akhir kata, jika Anda memiliki pabrik payung dan pabrik es krim, Anda tidak pernah perlu khawatir akan cuaca. Payung akan laris di musim hujan dan es krim akan laris di musim panas. Selamat berinvestasi dengan cerdas. Makan enak, tidur tenang, tanpa perlu khawatir cuaca sedang panas atau hujan.
Penulis: Mariana Sofia, SE, MCom (IS), RFP 4 year MDRT member
Comments