top of page

Bagaimana mempertahankan asset dalam keluarga

bagaimana mempertahankan asset keluarga

Kita sering sekali mendengar orang berkata

” Wah orang itu kaya sekali, kekayaannya bisa sampai tujuh turunan”, tapi apakah benar kekayaan tersebut bisa bertahan sampai dengan turunan ke tujuh?

Dari analisa yang dilakukan terhadap 483 bilioner di dunia, 2/3 nya adalah generasi pertama dan hanya 2 keluarga yang saat ini berada di generasi keenam, yaitu whittier dan Yuengling.

Berdasarkan penelitian yang banyak terjadi adalah kekayaan akan habis di generasi ke 3, bahkan ada yang berkata bahwa bisa mencapai generasi ke 4 adalah faktor keberuntungan, walaupun belum tentu seperti itu.

Mengapa bisa demikian ? hal ini dikarenakan pada umumnya generasi ke 3 adalah generasi yang pertama kali tidak dibesarkan secara langsung oleh founder dari Bisnis/Perusahaan, oleh karena itu sebuah kekayaan atau wealth yang ditransfer ke generasi ketiga dianggap sebagai tahapan yang kritis adapun tantangan lain diantaranya para ahli waris yang menerima kekayaan warisan, bila tidak disertai dengan pengertian yang baik dan perencanaan, akan menyebabkan kekayaan tersebut terpakai untuk memenuhi keinginan pribadi seperti barang-barang yang tidak memiliki arti signifikan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan bisnis seringkali generasi penerus juga merasa frustasi dan berada dibawah bayang-bayang generasi sebelumnya dan ketika tiba saatnya dia harus melanjutkan bisnis, sering terjadi konflik dengan top management yang selama ini bekerja dengan generasi sebelumnya, mereka merasa kurang cocok dengan gaya kepemimpinan generasi penerus.

Kadang konflik itu bisa juga terjadi secara internal, dalam hal generasi penerusnya ada lebih dari satu orang, konflik antara kakak-adik yang mau melanjutkan bisnis orang tuanya. Dan tidak sedikit yang akhirnya memilih untuk tidak berkecimpung di bisnis keluarga dan memulai sesuatu yang baru.

Ada 2 faktor yang harus diperhatikan dalam mentransfer kekayaan, faktor finansial dan non finansial. Faktor non finansial contohnya nilai-nilai yang dianut dalam keluarga,nama baik keluarga, moral, etika, tanggung jawab, dll. Dan faktor finansial contohnya distribusi asset secara merata dan adil, filantropi, pertanyaan apakah bisnis dilanjutkan oleh keluarga atau menggaji seorang profesional? dan masih banyak lagi.

Tri Djoko Santoso dalam seminarnya mengatakan bhw ada 3 pertanyaan yg harus kita ajukan saat membuat perencanaan, yaitu:

  1. Berapa jumlah asset anda?

  2. Siapakah yang anda maksud dengan orang-orang yang anda cintai/loved ones?

  3. Apa yang anda pikir anda punya masalah?

kebanyakan masalahnya adalah apa yang mereka pikir mereka adalah milik mereka, ternyata bukan. Harta waris sama dengan harta tak bertuan dan bila kita tidak ingin hukum yang membagi-bagi dan tidak sesuai dengan keinginan kita, maka kita harus memiliki sebuah rencana.

Salah satu komponen pendukung dalam perencanaan transfer kekakayaan yang sudah banyak digunakan oleh masyarakat luas adalah Asuransi Jiwa, karena mampu memenuhi seluruh tujuan perencanaan harta peninggalan yaitu : surplus, kemudahan transfer dan menyediakan likuiditas yang memadai.

Asuransi Jiwa menjadi salah satu komponen pilihan karena beberapa hal:

  1. Asuransi jiwa dapat langsung dicairkan tanpa harus melewati proses hukum / penetapan waris yang berbelit-belit.

  2. Asuransi dapat menciptakan likuiditas pada saat ahli waris akan melanjutkan bisnis yang diwariskan oleh generasi sebelumnya atau dalam hal ahli waris tidak ingin melanjutkan bisnis generasi sebelumnya maka bisa menjadi modal untuk bisnis barunya

  3. Asuransi jiwa dianggap sebagai salah satu cara yang cepat dan murah untuk dapat menambah asset kita dan bebas pajak

Hidup itu singkat ,hidup adalah sebuah perjalanan, untuk itu kita sudah harus mulai merencanakan apa yang hendak kita berikan kepada generasi penerus , hal ini tidak hanya semata-mata hanya untuk orang kaya , namun untuk siapapun dari kita yang memiliki generasi penerus dan menginginkan mereka untuk dapat melanjutkan hidup dengan baik, meskipun kita sudah tidak ada lagi disamping mereka.

Seperti yang disampaikan oleh Benjamin Franklin ” if you fail to plan, you are planning to fail ” – Jika anda gagal untuk merencanakan, maka anda berencana untuk gagal.

Dibuat oleh, Ardita Muksin 3rd year MDRT

2 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page